Raih yang 3 Juta #Hari TB Sedunia


 

130916171253-drug-resistant-tuberculosis-story-top

Tuberkulosis (TB) adalah penyebab utama ketujuh kematian di dunia. TB merupakan satu dari tiga penyakit utama yang berkaitan erat dengan kemiskinan, yang dua lagi adalah AIDS dan malaria, demikian laporan kantor berita Inggris, Reuters.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular (infeksi) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan penyakit paling mematikan kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Bakteri ini menyebar lewat partikel air di udara yang berpindah karena batuk, bersin, atau meludah, dimana partikelnya menjadi sumber infeksi (droplet infection).

TB diperkirakan sudah menjadi sebab meninggalnya Irtyersenu, seorang wanita yang hidup 600 tahun sebelum Masehi dan dikuburkan di Thebes. Para ilmuwan menemukan bukti adanya TB dalam mumi di Peru dan Mesir.

Hari TB sedunia setiap tahun jatuh tanggal 24 Maret. Ini menandai ketika pada tanggal 24 maret pada Tahun 1882 Dr Robert Koch mengumumkan telah menemukan sumber TB yakni bakteri tubercle bacillus, dan Dr Koch mendapat hadiah Nobel di bidang Kedokteran di tahun 1905.

Tema hari TB Tahun ini adalah “Raih yang Tiga Juta”. Mengapa tiga juta? Inilah jumlah penderita TB di dunia yang saat ini tidak terdeteksi atau “tidak terjangkau” oleh sistem layanan kesehatan publik.

Di banyak negara, TB umumnya dideteksi dengan menganalisa cairan yang keluar dari paru-paru, yang disebut sputum, di bawah mikroskop. Bila fasilitas tersedia, pemeriksaan x-ray dada bisa digunakan untuk melihat adanya tanda-tanda di paru-paru untuk mendukung diagnosa.
Angka penderita TB dihitung per 100 ribu penduduk. Laporan WHO 2013 menyebutkan penderita TB di Indonesia adalah 185 per 100 ribu. Di Kamboja, 377 per 100 ribu, di Myanmar 348 per 100 ribu dan di Papua Nugini 348 per 100 ribu penduduk.
Sebagian besar penderita TB berada pada usia produktif (15-55 tahun). Rata-rata penderita TB kehilangan tiga sampai empat bulan masa kerja dan sebanyak 30 persen penghasilan rumah tangga tahunan. Bank Dunia memperkirakan TB menghilangkan empat hingga tujuh persen penghasilan domestik kotor di sebagian negara yang paling parah terserang. Pada akhirnya TB menjadi lingkaran setan persoalan ekonomi, sosial dan kesehatan yang sangat merugikan.

Pada tahun 1992 – 1993 Global Tuberculosis Program (GTB) WHO menetapkan tuberkulosis sebagai global emergency, kemudian GTB mulai memperkenalkan strategi yang dipakai Dr. Karel Styblo dari International Union Against Tuberculosis & Lung Diseases (IUATLD) dalam suatu paket manajemen dan teknik yang kemudian dikenal dengan nama DOTS.
Pada Tahun 1994 Indonesia mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) dimana Strategi DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya dilakukan pada mereka yang datang ke pasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6 – 8 bulan untuk semua kasus dengan pemeriksaan sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara langsung, untuk sekurang-kurangnya dua bulan pertama.
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan

Saat ini berkembang TB MDR yaitu TB yang resistan terhadap berbagai kombinasi obat (MDR-TB) dimana pengobatannya jauh lebih sulit. TB yang resistan terhadap kombinasi obat (MDR-TB) adalah jenis TB yang disebabkan oleh bakteri yang tidak bereaksi terhadap obat yang standar. MDR-TB ini disebabkan karena pengobatan yang tidak benar, termasuk penggunaan obat yang salah, ataupun kualitas obat yang tidak memadai. TB MDR seringkali disebabkan oleh pengobatan yang setengah-setengah dan tidak berkelanjutan dimana hal ini terjadi karena pasien menghentikan pengobatan sebab mereka mulai merasa lebih baik. Statistik WHO di tahun 2012 memperkirakan 450 ribu orang di seluruh menderita MDR-TB. Dari jumlah itu, 9,6 % menderita XDR-TB, mereka yang hanya bisa diobati dengan sejumlah kecil obat saja.

Puskesmas Mojoagung merupakan salah satu Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) di Kabupaten Jombang, dimana melaksanakan program TB mulai penjaringan dan penemuan suspek TB di Puskesmas dan jejaringnya (Pustu, Polindes, Ponkesdes, Poskesdes), melakukan pemeriksaan mikroskopik (sputum), melakukan diagnosis, pengobatan dan konseling.

Konsultasi program TB di Puskesmas Mojoagung dapat menghubungi petugas pengelola Program P2TB (Bp. Samsul Maarif)

@upload: dari berbagai sumber

OLYMPUS DIGITAL CAMERA